JENIS-JENIS KERUSAKAN YANG TERJADI PADA PEKERJAAN BETON BERTULANG SERTA KERUSAKAN PADA PEKERJAAN LAPISAN CAMPURAN BERASPAL DAN UPAYA PENANGANAN KERUSAKAN TERSEBUT
JENIS-JENIS KERUSAKAN
YANG TERJADI PADA PEKERJAAN BETON BERTULANG
Kerusakan yang terjadi umumnya dapat
dikelompokkan dalam tiga katagori yaitu: Retak (cracks) adalah pecah pada beton
dalam garis-garis yang relatif panjang dan sempit, retak ini dapat ditimbulkan
oleh berbagai sebab: diantaranya : evaporasi air dalam campuran beton terjadi
dengan cepat akibat cuaca yang panas, kering atau berangin. Retak akibat
keadaan ini disebut plastic cracking, Bleeding yang berlebihan pada beton,
biasanya akibat proses curing yang tidak sempurna. Retakan bersifat dangkal dan
saling berhubungan pada seluruh permukaan pada plat, retak jenis ini disebut
crazing. Pergerakan struktur, sambungan yang tidak baik pada pertemuan kolom
dengan balok atau plat, atau tanah yang tidak stabil. Retakan bersifat dalam atau
lebar, retak jenis ini disebut random cracks Reaksi antara alkali dan agregat,
retakan yang terbentuk sekitar 10 tahun atau lebih setelah pengecoran dan
selanjutnya menjadi lebih dalam dan lebar, retakan saling berhubungan satu sama
lain
Voids
adalah lubang-lubang yang relatif dalam dan lebar pada beton. Void pada beton
dapat ditimbulkan oleh berbagai sebab: diantaranya :Pemadatan yang dilakukan
dengan vibrator kurang baik, karena jarak antar bekisting dengan tulangan atau
jarak antar tulangan terlalu sempit sehingga bagian mortar tidak dapat mengisi
rongga antara agregat kasar dengan baik. Void yang terjadi berupa lubang-lubang
tidak teratur yang disebut honey combing. Bocor pada bekisting yang menyebabkan
air atau pasta semen keluar, akan lebih parah jika campuran banyak mengandung
air, atau banyak pasta semen atau gradasi agregat yang kurang baik. Keadaan ini
disebut sand streaking.
Scalling/spalling/erosion
adalah kelupasan dangkal pada permukaan, yang dapat ditimbulkan oleh beberapa
sebab, diantaranya: Eksposisi yang berulang-ulang terhadap pembekuan dan
pencairan sehingga permukaan terkelupas, keadaan ini disebut scalling
Melekatnya material pada permukaan bekisting sehingga permukaan beton terlepas
dalam kepingan atau bongkah kecil, keadaan ini disebut spalling Terlepasnya
partikel-partikel sehalus debu yang dapat terdiri dari semen yang sangat halus
atau agregat yang sangat halus, terlepas akibat abrasi misalnya saat lantai
disapu, hal semacam ini disebut dusting. Terdapatnya material organic dalam
campuran, kontaminasi yang reaktf atau korosi pada tulangan dapat menimbulkan
rongga pada beton yang disebut sebagai popouts, juga dapat disebabkan ekspansi
agregat yang pourous segera setelah pengecoran sampai setahun lebih tergantung
permeabilitas beton dan ketidakstabilan volume agregat yang digunakan.
Disintegrasi beton pada titik-titik dimana terdapat aliran air turbulen akibat
pecahnya gelembung-gelembung pada air, erosi seperti ini sering disebut water
cavitation. Erosi oleh air dimana abrasi oleh benda-benda padat yang
tersuspensi dalam air terhadap permukaan beton mengakibatkan disintegrasi beton
sepanjang alur aliran air.
Jenis
kerusakan lain yang biasanya terjadi pada komponen struktur penunjang bangunan
sipil adalah lekatan baja beton; kekuatan lekatan dipengaruhi kekasaran
permukan baja, kualitas beton disekitar tulangan. Kegagalan lekatan berakibat
menurunnya daya dukung komponen struktur terhadap beban yang bekerja,
meningkatnya deformasi, bahkan runtuhnya struktur. Kegagalan lekatan bisa
diakibatkan korosi pada tulangan, kebakaran, tipisnya selimut beton, jarak
tulangan yang rapat serta diameter tulangan yang besar dan gaya siklis akibat
gempa. Korosi pada baja tulangan biasanya dikenali dengan bercak karat pada
permukaan beton, korosi mudah terjadi pada lingkungan asam namun bila terdapat
ion chlorida, proses karat dapat terjadi pada lingkungan basa. Kebakaran,
pengaruhnya tergantung lama terjadinya serta tingginya temperatur. Pengaruh
kebakaran terhadap kekuatan komponen beton yaitu menurunnya kuat tekan, modulus
elastisitas, kuat lekat baja serta ekspansi longitudinal dan radial.
Sedangkan
akibat gempa, saat terjadi gempa bukan saja diuji secara siklis namun beban
yang bekerja pada komponen struktur telah mendekati batas kemampuan komponen
dalam memikul beban yang bekerja. Kerusakan lain diakibatkan serangan kimia :
penggunaan fly ash pada campuran beton berpotensi serangan kimia terutama
lingkungan bersulfat, selain itu tegangan internal yang disebabkan oleh
mengembangnya unsur akibat bereaksinya unsur tertentu pada beton, Ca (OH)2,
dengan unsur kimia penyerang. Air laut mengandung sulfat yang secara kimiawi
dapat menyerang beton, selain itu dapat juga berasal dari nsur asam SO2 dan CO2
yang bersifat melarutkan unsur semen pada beton. Kerusakan lain diakibatkan
penurunan pondasi, sering dijumpai daya dukung tanah baik namun disertai
konsolidasi besar. Dilain pihak ada daya dukung tanah tidak seragam di sebagian
lokasi bangunan, menjadikan perbedaan penurunan pondasi, komponen yang sering
rusak akibat penurunan pondasi adalah dinding pengisi. Sedangkan perkuatan
merupakan upaya meningkatkan elemen struktur yang telah ada atau menambah
elemen struktur baru yang tidak tersedia atau dianggap tidak perlu saat
struktur dibangun. Perkuatan struktur biasanya dilakukan sebagai upaya
pencegahan sebelum struktur mengalami kerusakan.
UPAYA PENANGANAN
KERUSAKAN TERSEBUT
Pemilihan
material yang sesuai merupakan persyaratan yang absolut untuk menghasilakan
perbaikan yang tahan lama, karena sifatnya dekat dengan beton yang akan
diperbaiki, seringkali beton yang dibuat dengan semen Portland atau komposisi
yang bersifat cementitious lainnya merupakan pilihan yang terbaik untuk
material perbaikan. Namun kebutuhan lainnya seperti kondisi kerja tertentu,
pencapaian kekuatan secara cepat, perbaikan yang memerlukan ketahanan terhadap
serangan bahan kimiawi atau kebutuhan untuk memperoleh permukaan yang estetik
seringkali mengakibatkan pilihan jatuh pada material lainnya.
Namun
terkadang dalam perbaikan terdapat pilihan lebih dari satu material yang dapat
digunakan dengan hasil yang sama, jika ini terjadi, pilihan terakhir terhadap
material atau kombinasi material mesti dilakukan dengan mempertimbangkan kemudahan,
penerapan biaya, ketersediaan keterampilan buruh dan peralatan. Pada umumnya
tiga hal berikut harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan pemilihan material
yang akan digunakan: kondisi perbaikan, sifat-sifat material perbaikan, dan
keterampilan serta peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan
perbaikan.
KERUSAKAN
PADA PEKERJAAN LAPISAN CAMPURAN BERASPAL SOLUSINYA.
- Retak
lelah dan deformasi pada semua lapisan perkerasan aspal
Jenis kerusakan jalan aspal yang berupa retak lelah
dan deformasi di hampir semua lapisan jalan ini terutama bisa ditemui di
jalan-jalan antar provinsi. Penyebabnya tak lain banyaknya kendaraan berat yang
lalu lalang seperti bus dan truk. Beban kendaraan yang berat mengakibatkan di
setiap lapisan perkerasan terjadi regangan dan tegangan. Beban kendaraan yang
terus melintas pada akhirnya membuat munculnya retak lelah serta deformasi.
Jika retak lelah dan deformasi dibiarkan saja, maka
ketika musim hujan bisa dipastikan air akan masuk ke dalam retakan dan mengubah
retakan menjadi lubang yang semakin lama semakin besar. Karena itu sebaiknya
begitu terjadi retak lelah dan deformasi, perbaikan harus segera dilakukan
dengan penambalan-penambalan.
Jalan-jalan dengan perkerasan aspal sesungguhnya tidak
cocok dilalui oleh jenis-jenis kendaraan berat. Kendaraan berat sebaiknya
diarahkan untuk melintasi jalan-jalan beton yang memiliki struktur lebih kuat
dibandingkan jalan-jalan dengan perkerasan aspal.
- Retak
Ada berbagai jenis retak yang bisa terjadi pada jalan
perkerasan aspal, antara lain retak kulit buaya, retak pinggir, retak sambungan
bahu, retak refleksi, retak susut, dan retak slip. Salah satu faktor terbesar
penyebab retak tersebut adalah buruknya sistem drainase jalan. Karena itu,
solusinya tak cukup hanya dengan menambal retakan-retakan yang ada. Sistem
drainase perlu dibangun sehingga jenis kerusakan yang sama tidak terjadi lagi.
Sistem drainase yang baik untuk perkerasan jalan aspal
harus bisa membuang atau mengalirkan air dengan cepat ke saluran drainase
buatan ataupun ke sungai. Sistem drainase ini juga harus mampu membuang air
hujan atau air dari sumber-sumber lainnya dan mengendalikan air bawah tanah
yang bisa menyebabkan erosi atau kelongsoran. Sistem drainase yang sudah
dibangun harus benar-benar terawat dan berfungsi. Sistem drainase perlu
dibersihkan secara berkala dari sampah dan rumput agar tetap bisa mengalirkan
air dengan lancar.
Idealnya, pembangunan jalan dengan perkerasan jalan
aspal harus disertai pula dengan pembangunan sistem drainase. Jika tidak, bisa
dipastikan kerusakan jalan aspal tak bisa dihindari. Dalam membangun sistem
drainase jalan, ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan antara lain,
kondisi topografi sepanjang jalan untuk menentukan bentuk dan kemiringan yang
mempengaruhi aliran air, analisa curah hujan maksimum dalam satu tahun pada
daerah di area jalan aspal, dan perencanaan sistem drainase agar tidak
mengganggu drainase yang telah ada.
- Distorsi
Distorsi atau perubahan bentuk pada perkerasan jalan
aspal bisa terjadi dikarenakan tanah dasar yang lemah dan pemadatan yang kurang
optimal di lapisan pondasi. Distorsi yang terjadi pada jalan aspal bisa berupa
amblas, jembul, keriting dan alur.
Kerusakan jalan aspal berupa distorsi tidak cukup
diperbaiki hanya dengan melakukan penambalan saja. Perbaikan kerusakan distorsi
terbilang cukup rumit dan memakan waktu yang tak sebentar. Distorsi pada jalan
perkerasan aspal sebaiknya diperbaiki dengan menggaruk kembali, dipadatkan
kembali, lalu dilakukan penambahan lapisan permukaan baru.
Tahap
pemadatan pada proses pembangunan jalan memang harus dilakukan dengan
cermat. Pemadatan wajib
dilakukan untuk meningkatkan kekuatan tanah, memperkecil pengaruh air terhadap
tanah dan memperkecil daya rembesan air pada tanah. Tahap pemadatan ini
dilakukan lapisan demi lapisan sehingga diperoleh kepadatan yang ideal.
Tahap pemadatan ini umumnya menggunakan alat bantu.
Contohnya saja penggilas three wheel roller atau penggilas Mac Adam dengan
bobot antara 6 ton hingga 12 ton yang digunakan untuk memadatkan material
berbutir kasar, tandem roller dengan bobot antara 8 ton sampai dengan 14 ton
yang berfungsi untuk mendapatkan permukaan lapisan yang agak halus, dan
pneumatik tired roller yang cocok dipakai untuk penggilasan tanah lempung,
pasir dan bahan yang granular.
- Kegemukan
Kerusakan kegemukan yang dimaksudkan berupa permukaan
jalan aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini terjadi saat temperatur naik
sehingga aspal menjadi lunak dan jejak roda kendaraan akan membekas pada
permukaan lapisan jalan. Kerusakan yang disebut kegemukan ini biasanya terjadi
pada jalan aspal yang menggunakan kadar aspal tinggi pada campuran aspal atau
dikarenakan pemakaian aspal yang terlalu banyak pada tahapan prime coat.
Kerusakan jenis ini biasanya dapat diatasi dengan menghamparkan atau menaburkan
agregat panas yan kemudian dipadatkan. Atau bisa juga dilakukan pengangkatan
lapisan aspal dan lantas diberi lapisan penutup.
- Lubang-lubang
Kerusakan jalan aspal berupa lubang-lubang dapat
terjadi ketika retakan-retakan dibiarkan tanpa perbaikan sehingga akhirnya air
meresap dan membuat rapuh lapisan-lapisan jalan. Lubang-lubang yang awalnya
kecil ini bisa berkembang menjadi lubang-lubang berukuran besar yang dapat
membahayakan pengguna jalan.
Lubang-lubang pada jalan aspal tersebut bisa
diperbaiki dengan membersihkan lubang-lubang terlebih dahulu dari air serta
dari material-material yang lepas. Setelah itu bongkar lapisan permukaan dan
pondasi sedalam mungkin agar bisa mencapai lapisan yang paling kokoh. Barulah
kemudian tambahkan lapisan pengikat atau tack coat. Lantas isi dengan campuran
aspal dengan cermat. Padatkan lapisan campuran aspal tersebut dan haluskan
permukaannya sehingga sama rata dengan permukaan jalan lainnya.
Lubang-lubang jalan aspal yang ditambal tanpa
dibersihkan atau dibongkar terlebih dahulu hanya akan menghasilkan tambalan
yang rapuh. Akibatnya lubang kembali terjadi hanya beberapa saat setelah
penambalan dilakukan.
- Pengausan
Kerusakan pengausan ditandai dengan permukaan jalan
aspal yang menjadi licin. Kerusakan ini sepertinya terlihat sepele, padahal
kenyataannya kerusakan ini bisa membahayakan pengguna jalan. Kendaraan yang
melintas menjadi lebih mudah tergelincir pada kondisi jalan seperti ini.
Pengausan dapat terjadi dikarenakan penggunaan agregat
yang tidak tahan aus terhadap roda-roda kendaraan atau agregat yang tidak
berbentuk cubical, misalnya agregat berbentuk bulat dan licin. Kerusakan
semacam ini bisa diatasi dengan menutup area permukaan jalan aspal yang rusak
dengan buras, latasir atau latasbun.
- Stripping
Kerusakan stripping atau pengelupasan lapisan
permukaan dapat terjadi dikarenakan kurangnya ikatan antara lapisan bawah jalan
dan lapisan permukaan, atau lapisan permukaan yang terlampau tipis. Untuk
kerusakan seperti ini, langkah perbaikan yang bisa dilakukan bukanlah dengan
penambalan melainkan bagian yang rusak terlebih dahulu harus digaruk, kemudian
diratakan. Barulah setelah itu dilapisi dengan buras.
Komentar
Posting Komentar