BANDAR UDARA DI BAWAH NAUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
BANDAR UDARA DI BAWAH NAUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Oleh : Sukardin
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (bahasa Inggris: Directorate General of Civil Aviation (DGCA)) adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Kementerian PerhubunganIndonesia,yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan.Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dipimpin oleh Direktur Jenderal. Direktorat Jendral Perhubungan Udara mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan udara. Direktorat Jendral Perhubungan Udara menangani administrasi dan penataan penerbangan sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
SEJARAH
Penerbangan Indonesia dari masa ke masa :
Tahun 1913: Penerbangan Pertama di Indonesia Pada tanggal 19 Februari 1913 seorang penerbang asal Belanda bernama J.W.E.R Hilger berhasil menerbangkan sebuah pesawat jenis Fokker dalam kegiatan pameran yang berlangsung di Surabaya. Penerbangan tersebut tercatat sebagai penerbangan pertama di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) meskipun berakhir dengan terjadinya kecelakaan namun tidak menewaskan penerbangnya.
1924: Penerbangan pertama dari Belanda ke Jakarta
Dengan adanya prospek yang baik bagi penerbangan sipil maupun militer di Indonesia, maka pada tanggal 1 Oktober 1924 sebuah pesawat jenis Fokker F-7 milik maskapai penerbangan Belanda mencoba melakukan penerbangan dari Bandara SchipholAmsterdamke Batavia(sekarang Jakarta). Penerbangan yang penuh petualangan tersebut membutuhkan waktu selama 55 hari dengan berhenti di 19 kota untuk dapat sampai di Batavia dan berhasil mendarat di lapangan terbang Cililitan yang sekarang dikenal dengan Bandar Udara Halim Perdanakusuma.
1928: Rintisan Rute Penerbangan di Indonesia
Pada tanggal 1 November 1928 di Belanda telah berdiri sebuah perusahaan patungan KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) yang terbentuk atas kerjasama Deli Maatschappij, Nederlandsch Handel Maatschappij, KLM, Pemerintah Hindia Belanda dan perusahaan-perusahaan dagang lainnya yang mempunyai kepentingan di Indonesia. Dengan mengoperasikan pesawat jenis Fokker-F7/3B, KNILM membuka rute penerbangan tetap Batavia-Bandung sekali seminggu dan selanjutnya membuka rute Batavia-Surabaya dengan transit di Semarang sekali setiap hari. Setelah perusahaan ini mampu mengoperasikan pesawat udara yang lebih besar seperti Fokker-F 12 dan DC-3 Dakota, rute penerbangan pun bertambah yaitu Batavia-Palembang-Pekanbaru-Medan bahkan sampai ke Singapura seminggu sekali.
1929: Awal mula penerbangan berjadwal di Indonesia
Dengan suksesnya penerbangan pertama Belanda ke Jakarta, masih diperlukan lima tahun lagi untuk dapat memulai penerbangan berjadwal. Penerbangan tersebut dilakukan oleh perusahaan penerbangan KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) menggunakan pesawat Fokker F-78 bermesin tiga yang dipakai untuk mengangkut kantong surat. Kemudian pada tahun 1931 jenis pesawat yang dipakai diganti dengan jenis Fokker-12 dan Fokker-18 yang dilengkapi dengan kursi agar dapat mengangkut penumpang.
1949: Asal nama Garuda Indonesia Airways
Pada tanggal 25 Desember 1949, Dr. Konijnenburg, mewakili KLM menghadap dan melapor kepada Presiden Soekarno di Yogyakartabahwa KLM Interinsulair Bedrijfakan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meminta presiden memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto pada zaman kolonial, "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden" ("Aku
adalah Garuda,burung milik Wisnuyang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu"). Pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan bersejarah pesawat DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair yang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran,Jakarta untuk pelantikan sebagai Presiden Republik IndonesiaSerikat(RIS) dengan logo dan nama baru, Garuda Indonesia Airways,pemberian Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertamaini.
Tahun 1952: Pembentukan Djawatan Penerbangan Sipil
Pada tahun 1952 pemerintah membentuk “Djawatan Penerbangan Sipil” yang saat itu bertanggungjawab kepada Kementerian Perhubungan Udara, tugas dan tanggung jawabnya adalah menangani administrasi pemerintahan, pengusahaan dan pembangunan bidang perhubungan udara, Djawatan Penerbangan Sipil ini merupakan cikal bakal Direktorat Jenderal Perhubungan Udara saat ini.
Tahun 1963: Direktorat Penerbangan Sipil
Pada tahun 1963 Djawatan Penerbangan sipil diubah nama menjadi Direktorat Penerbangan Sipil seiring dengan perkembangan dunia usaha penerbangan.
Tahun 1969: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Untuk mendorong perkembangan dunia usaha penerbangan yang semakin baik pada pemerintahan Orde Baru telah membentuk Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada tahun 1969 guna menyesuaikan kebutuhan dan pemanfaatannya sebagai pengganti dan penyempurnaan Direktorat Penerbangan Sipil dengan struktur organisasi terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara Sipil, Direktorat Keselamatan Penerbangan dan Direktorat Fasilitas Penerbangan.
Pada tahun 1974 struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara disempurnakan menjadi Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Udara, Direktorat
Keselamatan Penerbangan, Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Telekomunikasi Navigasi Udara & Listrik.
Penerbangan Indonesia terus berkembang bukan hanya bidang lalu lintas dan angkutan udara saja namun sudah mulai dengan perkembangan industri pembuatan pesawat terbang sehingga diantisipasi dengan pembentukan direktorat khusus yang menangani kelaikan udara berstandar internasional, pemerintah mengeluarkan KM 58 Tahun 1991 mengenai penyesuaian struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, strukturnya terdiri dari Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat Angkutan Udara, Direktorat Keselamatan Penerbangan, Direktorat Teknik Bandar Udara, Direktorat Fasilitas Elektronika dan Listrik dan Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara.
1978: Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN)
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan nomor KM 50/OT/Phb-78, tentang Susunan organisasi dan tata kerja pelabuhan udara dan Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN), terbentuk kantor SENOPEN di Medan,Pekanbaru,Palembang,Surabaya,Denpasar, Makassar dan Biak. Fungsi unit kerja kantor SENOPEN adalah pemberian pelayanan navigasi penerbangan.
TUJUAN
Dalam rangka penentuan arah pembangunan transportasi udara, maka tujuan yang ingin dicapai dalam jangka panjang adalah sebagai berikut:
Terjaminnya kualitas pelayanan, kenyamanan, keselamatan, keamanan, dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan transportasiudara;
Terwujudnya pertumbuhan Sub Sektor Transportasi udara yang stabil sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan (sustainable growth);
Terwujudnya peningkatan perolehan devisa dari penyelenggaraan jasa transportasi udara, sehingga dapat ikut memberikan kontribusi terhadap pemantapan neraca pembayaran nasional;
Terwujudnya kontinuitas pelayanan jasa transportasi udara yang terjangkau ke seluruh pelosok tanah air, sehingga dapat ikut mendorong pemerataan pembangunan, kelancaran distribusi, stabilitas harga barang dan jasa, serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia ;
Meningkatnya kualitas dan profesionalisme SDM Ditjen Perhubungan Udara bertaraf internasional dan terbentuknya kelembagaan yang optimal dan efektif sehingga dapat mendukung terwujudnya penyelenggaraan transportasi udara yang andal dan berdaya saing;
Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk menghargai profesionalisme dan peningkatan kualitas hidupmanusia.
Terdapat 184 bandar udara di bawah naungan Direktorat jenderal perhubungan udara,
Pada tugas kali ini saya hanya menampilkan 5 bandar udara untuk mempersingkat tugas, untuk lebih jelas dan lengkapnya bisa di liat pada hubud.dephub.go.id/?id/bandara
IATA / ICAO
:
ABU / WATA
Kategori
:
Domestik Airport
Kelas
:
Kelas III
Pengelola
:
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Alamat
:
Jl. Adi Sucipto, Haliwen Atambua , Kel. Manumutin, Kec. Atambua Kota, Kab. Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), 85712
IATA / ICAO
:
AEG / WIME
Kategori
:
Domestik Airport
Kelas
:
Kelas III
Pengelola
:
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Alamat
:
Jl. Lintas Sibuhan, KM. 1,5, Kel. Janji Manahan, Kec. Batang Onang, Kab. Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, 22762
IATA / ICAO
:
Not Available / Not Available
Kategori
:
Domestik Airport
Kelas
:
Not Available
Pengelola
:
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Alamat
:
alan Pipit No.22, Bandara, Sungai Pinang, Bandara, Kec. Sungai Pinang, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur, Kel. Handil Bakti, Kec. Palaran, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, 75242
IATA / ICAO
:
AKM / WAYG
Kategori
:
Domestik Airport
Kelas
:
Kelas III
Pengelola
:
Unit Penyelenggara Bandar Udara
Alamat
:
Jln.Angkasa.No1 Aramsolky Akimuga -Timika Papua, Kel. Aramsolki, Kec. Agimuga, Kab. Mimika, Papua, 99964
BANDAR UDARA A.A. BERE TALLO
Bandar Udara A. A. Bere Tallo atau Bandara Haliwen (IATA: ABU, ICAO: WATA, formerly WRKA) adalah bandar udara yang terletak di Kelurahan Manumutin, Kota Atambua, KabupatenBelu, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.600 x 30 m. Landasan pacu di bandar udara ini sedang diperpanjang menjadi 2300m. Jarak dari pusat kota sekitar 4 km.
Bandara ini merupakan salah satu dari 2 bandara di Pulau Timor. Yang satunya lagi adalahBandar Udara Internasional El Tari Kupang.
SEJARAH
Bandar Udara A. A. Bere Tallo Atambua sudah ada sejak jaman kolonialismeJepang, yaitu sekitar tahun 1940-an. Namun Bandara tersebut masih berlandas rumputdengan ukurannya 800×23 meter.Pada tahun 1972diperbaiki panjangnya menjadi 900×23 meter dengan perkerasanbatu.
Tahun 1974 landing pertama pesawat Merpati dan 1979 diikuti dengan pendaratan pesawat dari maskapai DAS dan MAF. Perkembangannya dari tahun ke tahun bandara udara ini terus dibenahi hingga saat ini panjangnya mencapai 1200×30 meter
BANDARA MASA KINI
Landasan Bandar udara A. A. Bere Tallo mulai tahun 2011 diperpanjang 200 meter dari kondisi sebelumnya 1200×30 meter menjadi 1400×30 meter. Dan tahun 2012ditambah lagi 200 meter dari 1400×30 meter menjadi 1.600 meter, dengan total dana sebesar Rp 8.5 miliar, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011/2012. Lebar landasan bandar udara A.A.Bere Tallo tetap 30 meter, meskipun idealnya telah mencapai panjang 1.400 meter atau 1.600 meter, maka lebarnya seharusnya 45meter.
Pesawat yang beroperasi di Bandar Udara A.A.Bere Tallo adalah Merpatijenis KS.212 berkapasitas 20 seat (sudah tidak aktif lagi), Susi Air berkapasitas 12 seat, dan WingsAir.Pemerintah daerah mengharapkan kedepan bisa dapat melayani pesawat besar dengan kapasitas 60 seat ke atas. Jadwal penerbangan bandara ini yaknu Wings Air 2 kali sehari tujuan Kupang pada pukul 10:00 dan 12:00 WITA dengan tarif yang bersahabat, yakni Rp300.000 per penerbangan.
Bandar A.A.Bere Tallo pun kini telah dilengkapi dengan fasilitas kecanggihan komputer peralatan navigasi untuk dapat mencatat dan merekam setiap penerbangan pesawat dari Kupang
- Atambua dan sebaliknya. Adapun lampu landasan di areal Bandar Udara A.A.Bere Tallo. Bandar Udara A.A.Bere Tallo meski kelihatannya kecil tetapi indah dan cantik. Misinya, yakni menciptakan pelayanan publik serta utamakan keselamatan dan tidak boleh ada kecelakaan penerbangan.
MASKAPAI PENERBANGAN DAN TUJUAN
NO
MASKAPAI
TUJUAN
JUMLAH
PENERBANGAN
1.
Wings Air
Kupang
21x seminggu
(3x sehari)
Gerbang utama Bandar udara A.A. Bere Tallo
IATA: ABU, ICAO: WATA
Informasi
Jenis
sipil
Pemilik/Pengelola
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
Melayani
Atambua
Lokasi
Manumutin, Kota Atambua, Kabupaten Belu, Nusa TenggaraTimur
Indonesia
Dibuka
1941
Ketinggian dpl
1,043.29 kaki / 318 m
Koordinat
09°04′29″S124°54′12″E
Landasanpacu
Arah
Panjang
Permukaan
kaki
m
08-23
5.249
1.600
Aspal
Statistik(2017)
Penumpang
81,480
Pergerakan pesawat
1,628
Bagasi (kg)
534,534
Komentar
Posting Komentar